Sejumlah Tanda Peringatan Kesehatan Usus Yang Bisa Memburuk
LifeStyle Peringatan Kesehatan, Sejumlah TandaSejumlah Tanda Peringatan Kesehatan Usus Yang Bisa Memburuk memiliki peran vital dalam menjaga stabilitas dan keseimbangan fungsi tubuh secara menyeluruh. Dalam dunia medis modern, usus tidak lagi dianggap sebagai organ pencernaan semata, melainkan sebagai pusat kendali utama yang memengaruhi kesehatan secara holistik. Hal ini disampaikan oleh Dr. Alok Chopra, seorang ahli jantung yang juga dikenal sebagai spesialis dalam bidang pembalikan diabetes serta penyakit kardio-metabolik.
Mengutip laporan dari Hindustan Times, pada Minggu (11/5/2025), Dr. Chopra menekankan pentingnya memperhatikan gejala-gejala awal yang dapat menjadi indikator gangguan pada sistem pencernaan, khususnya di bagian usus. Menurutnya, kesehatan usus yang terganggu dapat memicu berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
“Dalam paradigma medis saat ini, istilah ‘usus adalah otak kedua’ sudah tidak relevan lagi. Kini, usus telah kita anggap sebagai otak utama. Otak di kepala hanya sekadar mengikuti arah dari sistem pencernaan yang memimpin,” ujar Dr. Chopra dalam sebuah wawancara medis.
Sejumlah Tanda Peringatan Kesehatan Usus Gejala
Dr. Chopra menyebutkan sejumlah tanda-tanda peringatan yang menunjukkan adanya gangguan pada kesehatan usus. Tanda-tanda tersebut tidak boleh diabaikan karena dapat berdampak jangka panjang apabila tidak segera ditangani dengan tepat.
Salah satu gejala yang paling umum adalah perut kembung dan gangguan pencernaan yang berulang. Menurut Dr. Chopra, apabila seseorang merasa kembung secara terus-menerus atau mengalami gangguan setelah mengonsumsi makanan apa pun, maka hal tersebut bisa menjadi sinyal bahwa usus tidak mampu mencerna makanan secara optimal.
“Kondisi ini kemungkinan besar terjadi akibat ketidakseimbangan mikroorganisme di dalam usus atau karena tubuh kekurangan enzim pencernaan yang diperlukan untuk memecah nutrisi,” jelasnya.
Selain itu, gejala lain yang perlu diwaspadai adalah kelelahan kronis dan kabut otak atau brain fog, yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk berpikir jernih, mudah lupa, dan kesulitan berkonsentrasi.
“Apabila tubuh tidak dapat menyerap nutrisi secara efektif karena gangguan pada usus, maka tubuh akan mengalami defisit energi. Kondisi ini akan menimbulkan rasa lelah berkepanjangan dan gangguan kognitif,” tambahnya.
Keinginan Mengonsumsi Gula secara Berlebihan
Dr. Chopra juga menyinggung gejala lain yang sering tidak disadari masyarakat umum, yakni keinginan mengonsumsi makanan manis dan olahan secara terus-menerus. Ia menjelaskan bahwa ketidakseimbangan mikrobiota usus, khususnya dominasi bakteri jahat, dapat memengaruhi preferensi makan seseorang.
“Bakteri jahat di dalam usus sering kali mengirimkan sinyal ke otak untuk mengonsumsi lebih banyak gula, karena gula menjadi sumber makanan utama bagi mereka. Akibatnya, terbentuklah pola makan yang tidak sehat yang sulit dihentikan tanpa intervensi medis,” terang Dr. Chopra.
Kondisi ini menjadi semacam lingkaran setan yang apabila tidak diputus, akan memperparah kondisi usus serta menyebabkan dampak metabolik lain seperti obesitas dan resistensi insulin.
Masalah Kulit Berasal dari Ketidakseimbangan Usus
Gejala gangguan usus tidak hanya terlihat dari sisi dalam tubuh, namun juga tercermin melalui kondisi kulit. Dr. Chopra menyoroti bahwa berbagai kelainan kulit seperti jerawat, eksim, hingga ruam kulit sering kali berasal dari sistem pencernaan yang terganggu.
“Permasalahan kulit bukan hanya akibat penggunaan produk topikal atau faktor eksternal, tetapi lebih dari itu, merupakan manifestasi dari kondisi dalam tubuh, khususnya gangguan mikroflora usus dan sindrom kebocoran usus atau leaky gut syndrome,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa banyak pasien yang berhasil mengatasi masalah kulit kronis mereka setelah mendapatkan penanganan terhadap kondisi usus yang bermasalah.
Tanda penting lainnya adalah penurunan sistem imun. Usus memiliki peran sentral dalam membentuk sistem kekebalan tubuh karena sebagian besar sel imun terdapat pada jaringan di sekitar saluran pencernaan. Maka, ketika keseimbangan mikrobiota terganggu, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi pun menurun.
“Jika seseorang mudah terserang flu, infeksi ringan, atau sering mengalami reaksi alergi, kemungkinan besar penyebab utamanya berasal dari usus yang tidak sehat,” jelas Dr. Chopra.
Ia menambahkan bahwa paparan toksin akibat makanan olahan, stres kronis, penggunaan antibiotik yang berlebihan, serta pola makan tidak seimbang dapat memperburuk kondisi usus dan merusak integritas lapisan pelindungnya.
Pentingnya Perubahan Pola Hidup
Dr. Chopra mengimbau masyarakat untuk mulai memperhatikan pola makan dan gaya hidup mereka guna menjaga kesehatan usus. Beberapa langkah sederhana namun efektif di antaranya adalah:
-
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran hijau, dan biji-bijian.
-
Menghindari konsumsi berlebihan terhadap gula, makanan olahan, dan minuman berkafein tinggi.
-
Menjaga asupan cairan dengan memperbanyak minum air putih.
-
Mengelola stres melalui meditasi, olahraga, atau teknik relaksasi lainnya.
-
Menghindari penggunaan antibiotik secara sembarangan tanpa resep medis.
Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan berkonsultasi dengan tenaga medis profesional apabila merasakan gejala-gejala yang mencurigakan terkait pencernaan.
Baca Juga : Siasat Mengatasi Gatal Gatal, Kesehatan Berkaitan Dengan Stres