Tanda Gangguan Kesehatan Jiwa Pada Jamaah Haji Di Tanah Suci
Kesehatan Kesehatan Jiwa, Tanda GangguanTanda Gangguan Kesehatan Jiwa Pada Jamaah Haji Di Tanah Suci Namun, di balik kekhusyukan ibadah tersebut, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi para jamaah, khususnya terkait kondisi kesehatan secara menyeluruh. Salah satu isu yang semakin mendapat perhatian adalah kesehatan jiwa para jamaah haji, yang sering kali luput dari perhatian masyarakat luas.
Cuaca ekstrem di Arab Saudi serta padatnya rangkaian kegiatan ibadah selama musim haji berdampak tidak hanya pada fisik, tetapi juga pada kondisi mental para jamaah. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Madinah melaporkan bahwa sejak kedatangan gelombang pertama jamaah calon haji Indonesia pada awal Mei 2025, keluhan terkait gangguan psikologis mulai mendominasi konsultasi medis, selain keluhan penyakit kronis.
Berdasarkan data resmi dari KKHI Madinah, gangguan jiwa seperti stres akut dan gangguan penyesuaian tercatat sebagai salah satu diagnosis terbanyak. Meskipun penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes tetap mendominasi, meningkatnya kasus gangguan mental menjadi perhatian baru yang tidak bisa diabaikan.
Tanda Gangguan Kesehatan Jiwa Diagnosis Menonjol
Menurut dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ, seorang psikiater yang bertugas di KKHI Madinah, perubahan lingkungan secara drastis, tekanan fisik akibat padatnya jadwal ibadah, serta kelelahan kronis merupakan pemicu utama timbulnya stres dan gangguan penyesuaian, khususnya pada jamaah lanjut usia dan individu dengan kerentanan mental sebelumnya.
“Perjalanan jauh, iklim panas, serta kondisi fisik yang melemah dapat memperbesar risiko gangguan psikis. Banyak jamaah merasa kehilangan kestabilan emosional, terutama jika mereka berada jauh dari keluarga atau memiliki masalah kesehatan sebelumnya,” ujar dr. Kusufia yang akrab disapa dr. Upi, dikutip dari laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan.
Jamaah haji, terutama yang berasal dari kelompok lanjut usia, secara alami menghadapi tantangan adaptasi yang lebih besar. Proses penyesuaian terhadap lingkungan yang baru, perbedaan budaya, kondisi iklim yang ekstrem, serta tekanan sosial yang muncul dari interaksi dengan banyak orang dalam waktu bersamaan dapat memicu stres tinggi. Apalagi bagi mereka yang selama ini tidak terbiasa berada di keramaian atau memiliki kecenderungan isolatif.
Menurut dr. Upi, terdapat berbagai manifestasi dari gangguan mental yang umum ditemukan di antara jamaah, antara lain gangguan tidur, perasaan cemas yang berlebihan, serta munculnya keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis—yang dalam istilah medis disebut sebagai gejala psikosomatis.
Pentingnya Deteksi Dini dan Peran Pendamping
Agar gangguan mental tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, penting bagi jamaah maupun pendamping untuk mengenali gejala awal gangguan kejiwaan. Deteksi dini dapat membantu proses intervensi dan perawatan sebelum kondisi semakin memburuk.
Dr. Upi menegaskan bahwa kepekaan terhadap perubahan perilaku merupakan langkah pertama yang krusial dalam pencegahan. Berikut beberapa tanda awal yang harus diwaspadai:
-
Perubahan Perilaku yang Signifikan
Jamaah yang biasanya ceria dan komunikatif mendadak menjadi pendiam, mudah tersinggung, atau menunjukkan sikap tertutup. Hal ini bisa menjadi indikator awal stres atau tekanan emosional yang tidak terungkap.
-
Gangguan Pola Tidur (Insomnia)
Kesulitan tidur, sering terbangun di malam hari, atau merasa tidak segar meski sudah tidur cukup dapat menunjukkan adanya tekanan psikologis. Kurang tidur juga memperburuk fungsi kognitif dan daya tahan tubuh.
-
Kecemasan yang Berlebihan
Wajar jika seseorang merasa waswas di lingkungan yang asing. Namun, apabila rasa takut berlebihan hingga menolak keluar kamar, enggan menjalankan ibadah berjamaah, atau merasa panik di tempat ramai, maka hal ini memerlukan penanganan segera.
-
Disorientasi terhadap Tempat, Waktu, dan Orang
Beberapa jamaah mengalami kebingungan mendadak, tidak mengenali lokasi mereka berada, atau lupa terhadap identitas teman satu rombongan. Gejala ini perlu mendapatkan evaluasi medis lanjutan karena bisa mengarah pada kondisi serius seperti delirium.
-
Perubahan Emosional yang Drastis
Lonjakan emosi yang tidak wajar, seperti menangis tanpa alasan, marah berlebihan karena hal kecil, atau tiba-tiba merasa sangat sedih, merupakan sinyal penting adanya ketidakseimbangan emosi.
Langkah Tanggap KKHI dalam Menangani Gangguan Jiwa Jamaah
Menghadapi temuan ini, KKHI Madinah telah menyiapkan berbagai langkah preventif dan kuratif. Di antaranya adalah pendampingan psikososial oleh tenaga medis profesional, konseling individu, hingga terapi relaksasi ringan bagi jamaah yang mengalami tekanan emosional.
Tak hanya itu, edukasi juga diberikan kepada petugas pendamping kloter agar mereka memiliki pemahaman dasar mengenai tanda-tanda gangguan mental. Dengan demikian, mereka bisa menjadi penghubung awal yang membantu proses rujukan ke fasilitas layanan kesehatan yang lebih lengkap.
“Peran petugas sangat penting. Mereka adalah pihak yang paling dekat dengan jamaah. Dengan pelatihan dasar tentang kesehatan jiwa, kita bisa mengantisipasi kasus lebih cepat dan lebih tepat,” jelas dr. Upi.
Baca Juga : Rincian Luran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2 & 3 Per Mei Tahun 2025