Akseleran Tersandung Gagal Bayar, Hentikan Pendanaan Sejak Pertengahan Februari 2025
Industri fintech peer-to-peer (P2P) lending di Indonesia kembali diguncang oleh kasus gagal bayar yang melibatkan salah satu pemain besar, Akseleran.
Sejak pertengahan Februari 2025, Akseleran menghentikan sementara seluruh aktivitas pendanaan di platformnya setelah mengalami lonjakan gagal bayar dari sejumlah peminjam.
Keputusan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor ritel dan menimbulkan pertanyaan besar soal kesehatan industri fintech lending ke depan.
Akseleran yang selama ini dikenal sebagai platform P2P lending yang cukup konservatif dalam menyeleksi mitra UKM, ternyata tak luput dari risiko sistemik
yang tengah menghantam sektor pinjaman online. Dalam keterangannya, manajemen Akseleran menyatakan bahwa keputusan penghentian
pendanaan dilakukan untuk melindungi investor dan menata ulang skema manajemen risiko yang ada.
Akseleran Tersandung Gagal Bayar, Hentikan Pendanaan Sejak Pertengahan Februari 2025
Permasalahan mulai muncul sejak awal tahun 2025 ketika banyak mitra usaha yang menjadi penerima pinjaman tidak mampu memenuhi kewajibannya. Beberapa penyebab yang dikemukakan antara lain:
-
Tekanan ekonomi pascapandemi dan resesi global yang memperlemah daya beli masyarakat.
-
Keterlambatan pembayaran dari klien UKM yang menyebabkan arus kas peminjam terganggu.
-
Penurunan kinerja sektor usaha mikro dan menengah di berbagai wilayah Indonesia.
Akibatnya, tingkat Non-Performing Loan (NPL) Akseleran naik signifikan. Investor individu, yang selama ini menjadi tulang punggung ekosistem
P2P lending, mulai mengalami penundaan pengembalian dana dan bunga.
Reaksi Investor dan Komunitas Fintech
Langkah penghentian pendanaan oleh Akseleran menimbulkan reaksi beragam. Sebagian investor mengapresiasi sikap transparan perusahaan dalam mengakui adanya masalah. Namun, tak sedikit pula yang merasa kecewa karena dana mereka tertahan dan belum jelas kapan bisa kembali.
Kelompok investor di berbagai forum diskusi online mulai menyuarakan keresahan, bahkan beberapa menyatakan mempertimbangkan jalur hukum apabila pengembalian dana berlarut-larut. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) pun angkat bicara, meminta semua platform P2P untuk memperketat prosedur kredit dan lebih terbuka kepada investor.
OJK Turun Tangan
Melihat situasi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator mulai melakukan langkah pengawasan intensif terhadap Akseleran.
OJK meminta laporan lengkap terkait portofolio pinjaman, tingkat risiko, serta langkah-langkah mitigasi yang akan dilakukan oleh manajemen.
Dalam pernyataan resminya, OJK menyebutkan bahwa pihaknya akan melindungi kepentingan konsumen, terutama investor ritel
namun juga menekankan bahwa risiko investasi di sektor fintech adalah tanggung jawab bersama. OJK juga mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih platform dan memahami skema pendanaan berbasis risiko.
Masa Depan Akseleran dan Fintech Lending
Akseleran menyatakan akan memfokuskan diri pada penyelesaian portofolio pinjaman yang bermasalah dan menyusun strategi pemulihan yang lebih berkelanjutan.
Pihak manajemen juga menyebutkan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme underwriting dan sistem skor kredit internal.
Sementara itu, kasus ini membuka mata banyak pihak bahwa industri fintech lending masih rentan terhadap guncangan eksternal.
Meskipun sudah diawasi oleh OJK dan tergabung dalam asosiasi resmi, kenyataannya pengelolaan risiko masih menjadi tantangan besar di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Pelajaran Penting bagi Investor Ritel
Kasus Akseleran menjadi pengingat penting bagi para investor bahwa investasi di P2P lending memiliki risiko tinggi meskipun terlihat menjanjikan dari sisi imbal hasil.
Investor perlu mendiversifikasi portofolio, tidak menaruh semua dana dalam satu platform atau satu jenis pinjaman.
Selain itu, pemahaman terhadap profil risiko peminjam, jenis usaha yang dibiayai, dan tenor pinjaman harus menjadi pertimbangan utama sebelum melakukan pendanaan.
Edukasi literasi keuangan tetap menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan dan kredibilitas industri fintech di masa depan.
Penutup
Kasus gagal bayar yang menimpa Akseleran adalah momen refleksi bagi seluruh pelaku di industri fintech lending, baik platform, investor, maupun regulator.
Transparansi, tata kelola yang baik, dan mitigasi risiko harus menjadi prioritas agar kepercayaan publik terhadap ekosistem digital finansial tetap terjaga.
Di tengah gejolak ini, langkah cepat dan terbuka dari semua pihak sangat diperlukan agar kasus serupa tidak kembali terulang.
Baca juga: Indeks PMI Turun Aktivitas Industri Pengolahan Melambat