IHSG Rehat Sejenak Net Sell Asing Tembus Rp 61 T
IHSG Rehat Sejenak Net Sell Asing Tembus Rp 61 T

IHSG Rehat Sejenak Net Sell Asing Tembus Rp 61 T

IHSG Rehat Sejenak Net Sell Asing Tembus Rp 61 T

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah dalam beberapa hari terakhir, seiring dengan meningkatnya tekanan jual dari investor asing.

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa nilai jual bersih asing (net sell) telah menembus angka Rp 61 triliun sejak awal tahun hingga Agustus 2025.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan investor ritel dan domestik, terlebih karena pelemahan terjadi setelah IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.300 pada bulan Juli lalu.

Tekanan jual dari investor asing terlihat masif di saham-saham big caps seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII.

IHSG Rehat Sejenak Net Sell Asing Tembus Rp 61 T

Beberapa analis pasar menilai bahwa aksi jual asing tidak berdiri sendiri. Ketidakpastian global masih tinggi, terutama menyangkut suku bunga The Fed yang belum menunjukkan tanda-tanda pemangkasan dalam waktu dekat.

Imbal hasil obligasi AS yang tinggi menyebabkan investor asing menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah serta tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat juga memberikan tekanan psikologis terhadap investor global.

Investor Lokal Masih Wait and See

Di sisi lain, investor domestik cenderung bersikap hati-hati. Meskipun beberapa sektor seperti perbankan dan consumer goods

masih menunjukkan kinerja solid, ketidakpastian membuat investor lebih memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke pasar saham.

Analis dari Mirae Asset menyebutkan bahwa posisi wait and see ini wajar, mengingat masih banyaknya agenda ekonomi dan politik yang bisa

memengaruhi pergerakan pasar dalam jangka pendek, termasuk pengumuman kebijakan fiskal pemerintah dan penetapan APBN 2026 mendatang.

Saham-saham yang Jadi Penekan IHSG

Saham-saham blue chip mendominasi daftar penekan IHSG selama beberapa pekan terakhir.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami koreksi cukup dalam, menyusul tekanan jual dari investor institusi asing.

Selain itu, saham sektor teknologi seperti GOTO dan BUKA juga turut mencatatkan volume jual besar

seiring dengan kekhawatiran terhadap kemampuan perusahaan digital bertahan dalam kondisi suku bunga tinggi dan penurunan daya beli masyarakat.

Strategi Bertahan di Tengah Pasar Melemah

Para pelaku pasar dan investor ritel dianjurkan untuk tetap rasional dan fokus pada fundamental emiten.

Meskipun tekanan jangka pendek cukup signifikan, banyak emiten masih mencatatkan pertumbuhan laba dan ekspansi bisnis yang sehat.

Diversifikasi portofolio dan memilih saham dengan valuasi menarik dan dividen stabil bisa menjadi langkah defensif yang tepat.

Sektor-sektor seperti consumer goods, infrastruktur, dan energi baru terbarukan dinilai memiliki prospek menjanjikan ke depan.

Prospek IHSG di Sisa Tahun 2025

Meskipun dalam jangka pendek IHSG berpotensi konsolidasi, sejumlah analis tetap optimis terhadap prospek pasar saham Indonesia.

Dengan ekspektasi membaiknya data inflasi dalam negeri, stabilitas nilai tukar rupiah, serta agenda pembangunan nasional, IHSG diproyeksi dapat rebound ke level 7.400 pada akhir 2025.

Namun, pelaku pasar diingatkan untuk terus mencermati pergerakan arus dana asing serta perkembangan ekonomi global yang sangat dinamis.

Kesimpulan

Rehatnya IHSG dan besarnya net sell asing menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar untuk lebih waspada.

Meskipun kondisi saat ini kurang menggembirakan, peluang tetap terbuka bagi investor yang cermat membaca momentum dan memperhatikan fundamental jangka panjang emiten.

Baca juga: Gaji Habis di Jalan Kisah Pahit Pekerja Jabodetabek Bertahan PP Kantor di Tengah Mahalnya Ongkos Transportasi

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *