BKPM Perbanyak Investasi Produk Tembaga Tinggi Nilai Tambah
Keuangan BKPM Perbanyak, Investasi ProdukBKPM Perbanyak Investasi Produk Tembaga Tinggi Nilai Tambah menyampaikan komitmennya dalam mendorong peningkatan investasi hilirisasi di sektor tembaga, dengan fokus utama pada pengembangan produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi.
Langkah ini dinilai penting sebagai bagian dari strategi nasional dalam mengoptimalkan potensi sumber daya mineral dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara BKPM, Rizwan Aryadi Ramdhan, menjelaskan bahwa saat ini proses hilirisasi tembaga di Indonesia masih berada pada tahap awal atau yang biasa disebut sebagai tier satu. Hal ini disampaikan Rizwan saat ditemui usai gelaran konferensi Indonesia Miner 2025 yang berlangsung di Jakarta pada hari Selasa.
Ia menuturkan bahwa sebagian besar kegiatan pengolahan tembaga di Indonesia masih terbatas pada produksi katoda tembaga (copper cathode), seperti yang dilakukan oleh perusahaan tambang besar PT Freeport Indonesia.
BKPM Perbanyak Investasi Produk Di 2025
Produk ini merupakan hasil hilirisasi dasar dan belum masuk pada tahap lanjutan seperti produksi copper foil, copper slab, atau komponen lainnya yang dapat digunakan secara langsung dalam industri teknologi dan kebutuhan harian masyarakat.
“Kalau kita lihat, proses pengolahan saat ini masih sebatas pada tahapan dasar. Produk seperti katoda tembaga memang penting, tapi belum memberikan nilai tambah maksimal.
Produk turunan seperti copper foil yang bisa digunakan dalam industri elektronik, atau copper rod untuk kabel listrik, itu yang sedang kita dorong untuk dikembangkan lebih lanjut di dalam negeri,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rizwan menyampaikan bahwa selama ini sebagian besar produk hilirisasi tembaga yang dihasilkan di Indonesia diekspor ke luar negeri, khususnya ke negara-negara yang memiliki kapasitas industri pengolahan lanjutan yang lebih maju, seperti Tiongkok.
Negara-negara tersebut kemudian melakukan pemrosesan tambahan hingga menghasilkan produk bernilai tinggi, yang akhirnya diimpor kembali ke Indonesia dalam bentuk barang jadi.
“Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai pasar konsumsi, bukan sebagai produsen utama. Nilai tambah justru dinikmati oleh negara lain, sementara kita hanya menikmati sedikit bagian dari rantai ekonomi tersebut,” ujar Rizwan.
Menyadari hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Investasi dan BKPM tengah merancang sejumlah strategi untuk menarik lebih banyak investor agar tertarik menanamkan modal di sektor hilirisasi tingkat lanjut.
Tembaga Tinggi Nilai Tambah
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pemberian insentif fiskal, di antaranya pembebasan pajak atau tax holiday, serta pengurangan pajak atau tax allowance. Selain itu, pemerintah juga gencar melakukan promosi investasi ke berbagai negara potensial.
“Kami tidak hanya menunggu investor datang, tetapi juga secara aktif melakukan pendekatan langsung ke negara-negara dengan potensi investasi besar. Kami paparkan peluang yang dimiliki Indonesia, termasuk ketersediaan bahan baku dan pasar domestik yang besar,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa hilirisasi bukan hanya tentang menambah tahapan dalam proses produksi, tetapi juga merupakan strategi jangka panjang untuk memperkuat struktur industri nasional, mengurangi ketergantungan impor, serta membuka lapangan kerja baru.
“Kalau kita berhasil mengembangkan industri hilirisasi lanjutan, otomatis kebutuhan akan tenaga kerja meningkat, industri pendukung akan tumbuh, dan efek penggandanya terhadap ekonomi nasional juga besar,” jelas Rizwan.
Dalam laporan kinerja triwulan pertama tahun 2025, BKPM mencatat realisasi investasi mencapai Rp465,2 triliun. Angka ini mencerminkan 24,4 persen dari target investasi nasional yang ditetapkan untuk tahun berjalan.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,9 persen (year on year). Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 2,7 persen.
Adapun dari total investasi yang terealisasi, sekitar 49,5 persen berasal dari penanaman modal asing (PMA) dengan nilai mencapai Rp230,4 triliun. Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) menyumbang 49,3 persen atau senilai Rp229,3 triliun.
Baca Juga :
Pencapaian ini menjadi indikator bahwa iklim investasi di Indonesia masih menunjukkan daya tarik yang kuat, meskipun dinamika global turut mempengaruhi kondisi ekonomi nasional. BKPM bertekad untuk terus menjaga tren positif ini melalui penyederhanaan regulasi, peningkatan kualitas layanan investasi, serta memastikan kepastian hukum bagi para investor.
“Dengan dukungan kebijakan yang konsisten dan strategi yang terarah, kami optimistis investasi di sektor hilirisasi, khususnya tembaga, dapat memberikan kontribusi signifikan dalam transformasi ekonomi Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi,” tutup Rizwan.
Pemerintah berharap bahwa melalui perluasan investasi hilirisasi di sektor mineral, khususnya tembaga, Indonesia dapat bertransformasi dari negara penghasil bahan mentah menjadi negara produsen barang jadi yang kompetitif di pasar global.
Langkah ini juga sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menargetkan peningkatan kualitas industri nasional sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang.