BSI Catat Bisnis Cicil dan Gadai Emas Capai Rp 16,43 Triliun Hingga Mei 2025

BSI Catat Bisnis Cicil dan Gadai Emas Capai Rp 16,43 Triliun Hingga Mei 2025

Perkembangan sektor pembiayaan syariah terus menunjukkan tren positif, khususnya dalam layanan berbasis emas. PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

(BSI) mencatatkan kinerja impresif dalam dua produk andalannya, yaitu cicil emas dan gadai emas, dengan total pembiayaan yang mencapai Rp 16,43 triliun hingga bulan Mei 2025.

Angka ini mencerminkan peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk-produk keuangan syariah yang aman, transparan, dan berbasis aset riil seperti emas.

Lonjakan tersebut juga mencerminkan kepercayaan nasabah terhadap BSI dalam menyediakan solusi keuangan yang sesuai prinsip syariah dan berorientasi pada kebutuhan riil masyarakat.

BSI Catat Bisnis Cicil dan Gadai Emas Capai Rp 16,43 Triliun Hingga Mei 2025
BSI Catat Bisnis Cicil dan Gadai Emas Capai Rp 16,43 Triliun Hingga Mei 2025

Pertumbuhan Permintaan Didukung Edukasi dan Kepercayaan

Menurut keterangan resmi manajemen BSI, kenaikan pembiayaan emas baik melalui skema cicil maupun gadai tidak lepas dari strategi

edukasi dan literasi yang terus digencarkan oleh perseroan. Sosialisasi manfaat berinvestasi emas, baik untuk kebutuhan masa depan maupun

sebagai dana darurat, menjadi bagian penting dari pendekatan perusahaan dalam menjangkau masyarakat luas.

Produk cicil emas menawarkan skema pembelian logam mulia dalam jangka waktu tertentu dengan akad murabahah, sedangkan gadai emas

menggunakan akad rahn yang memungkinkan nasabah mendapatkan dana tunai dengan jaminan emas miliknya. Keduanya menjadi solusi praktis

bagi masyarakat dalam merencanakan keuangan berbasis aset bernilai.


Rincian Pencapaian Bisnis Cicil dan Gadai Emas

Hingga akhir Mei 2025, pembiayaan cicil emas tercatat tumbuh signifikan, mencapai nilai lebih dari Rp 7,8 triliun, sedangkan gadai emas

mencatat realisasi sebesar Rp 8,6 triliun. Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki

aset logam mulia, terutama di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.

BSI mencatat bahwa kenaikan permintaan juga didorong oleh harga emas dunia yang cenderung stabil tinggi, serta kekhawatiran masyarakat akan

inflasi dan pelemahan nilai tukar mata uang. Dalam situasi ini, emas dinilai sebagai instrumen lindung nilai (hedging) yang aman dan likuid.


Segmentasi Nasabah yang Terus Meluas

Peningkatan bisnis emas di BSI tidak hanya datang dari nasabah individu, tetapi juga dari pelaku UMKM dan kalangan profesional muda.

Produk cicil emas banyak diminati oleh generasi milenial yang mulai sadar pentingnya perencanaan keuangan dan investasi jangka panjang.

Sementara itu, gadai emas menjadi pilihan strategis bagi para pelaku usaha mikro yang membutuhkan dana cepat tanpa proses yang rumit.

BSI juga memperluas akses ke layanan ini melalui platform digital, seperti BSI Mobile, yang memungkinkan nasabah untuk mengajukan

pembiayaan cicil emas secara daring, melihat simulasi angsuran, dan memantau portofolio emas mereka secara transparan.


Dukungan Ekspansi dan Ekosistem Keuangan Syariah

Keberhasilan BSI dalam mengembangkan bisnis berbasis emas juga didorong oleh ekspansi jaringan cabang dan dukungan infrastruktur teknologi.

Perusahaan terus memperkuat ekosistem layanan keuangan syariah melalui kolaborasi dengan mitra logam mulia, marketplace, dan lembaga zakat untuk mendorong inklusi keuangan.

Dalam jangka panjang, BSI menargetkan bisnis pembiayaan emas dapat berkontribusi lebih besar terhadap total portofolio pembiayaan konsumer syariah.

Strategi jangka menengah yang disiapkan mencakup peluncuran produk turunan emas syariah seperti tabungan emas wakaf, program haji emas, hingga asuransi berbasis emas.


Komitmen Terhadap Prinsip Syariah dan Literasi Keuangan

Direktur Retail Banking BSI menyampaikan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dalam

seluruh layanan pembiayaan emas. Selain itu, BSI juga terus mengedukasi masyarakat untuk memahami risiko, manfaat, dan mekanisme

produk-produk keuangan syariah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penggunaannya.

“Pembiayaan emas berbasis syariah bukan hanya soal keuntungan finansial, tetapi juga bentuk keberkahan dalam mengelola keuangan yang sesuai nilai-nilai Islam,” ujarnya.


Kesimpulan: Pilar Baru Pertumbuhan Bisnis Syariah

Pencapaian BSI dalam bisnis cicil dan gadai emas yang menembus Rp 16,43 triliun hingga Mei 2025 menjadi bukti bahwa produk keuangan berbasis

logam mulia semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Kombinasi antara edukasi, teknologi, dan prinsip syariah menjadikan BSI sebagai pionir dalam mengembangkan portofolio pembiayaan emas yang inklusif dan berkelanjutan.

Dengan strategi yang terus diperkuat, BSI optimistis bahwa pembiayaan emas akan menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi syariah nasional.

Baca juga:Sri Mulyani Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Jadi 4,7-5 Persen

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *