BTN Pertumbuhan Bisnis Naik Tiga Kali Lipat Lewat KPR Di 2025
Ekonomi Bisnis Naik, BTN PertumbuhanBTN Pertumbuhan Bisnis Naik Tiga Kali Lipat Lewat KPR Di 2025 menargetkan peningkatan signifikan dalam bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) non-subsidi melalui serangkaian transformasi strategis. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mendukung program nasional perumahan dan memperkuat posisi BTN di pasar perbankan yang semakin kompetitif.
Untuk mencapai target tersebut, BTN tengah fokus melakukan optimalisasi kinerja tenaga pemasaran (sales force) melalui pelaksanaan program transformasi internal yang menyeluruh. Inisiatif ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan bisnis hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan capaian sebelumnya.
Direktur Consumer Banking BTN, Hirwandi Gafar, dalam keterangan resminya di Jakarta pada Minggu (13/4), menyampaikan bahwa hasil uji coba transformasi yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan signifikan dalam produktivitas tim pemasaran di beberapa kantor cabang. “Kami mencatat adanya pertumbuhan produktivitas yang positif dari tim penjualan setelah program transformasi diterapkan di sejumlah wilayah,” ujarnya.
BTN Pertumbuhan Bisnis Naik Tiga Kali Lipat
Program yang dimaksud bertajuk New Sales Force Management, dan pertama kali diperkenalkan pada periode Juli hingga September 2024 di lima kantor cabang sebagai pilot project. Menyusul keberhasilan awal tersebut, BTN melanjutkan peluncuran tahap kedua pada Februari 2025 di 16 kantor cabang lainnya. Puncaknya, peluncuran nasional dilakukan pada Sabtu, 12 April 2025, dan mencakup seluruh kantor cabang BTN di seluruh Indonesia.
Menurut Hirwandi, inisiatif New Sales Force Management merupakan strategi jangka panjang BTN dalam penguatan sektor Consumer Banking. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas serta kapasitas para tenaga penjual, yang selama ini menjadi ujung tombak dalam kegiatan pemasaran produk perbankan, terutama KPR. “Dengan persaingan yang semakin ketat di industri, kemampuan SDM yang mumpuni menjadi syarat mutlak untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar,” tegasnya.
Melalui transformasi ini, BTN menargetkan perubahan fundamental dalam pola kerja tenaga penjualnya. Perubahan ini mencakup pembentukan sistem kerja berbasis target yang terukur, peningkatan pengawasan produktivitas, penyesuaian sistem insentif yang lebih kompetitif dan adil, serta pembentukan struktur organisasi yang lebih efisien. Di samping itu, BTN juga menetapkan standar kompetensi baru bagi seluruh tenaga pemasaran.
Salah satu fokus utama dalam program ini adalah perluasan target pasar. Jika sebelumnya pendekatan penjualan lebih banyak berfokus pada kerja sama dengan mitra pengembang (developer), kini BTN mulai memperluas jangkauan hingga ke segmen pengguna akhir (end-user).
Pendekatan ini diwujudkan melalui strategi penjualan langsung kepada konsumen atau skema direct to consumer (D2C), bekerja sama dengan berbagai kementerian, lembaga, serta institusi yang telah menjadi nasabah BTN dalam bentuk simpanan maupun dana pihak ketiga.
“BTN sudah memiliki penawaran bunga yang kompetitif. Tantangannya kini adalah bagaimana menciptakan daya saing yang lebih tinggi dengan menanamkan loyalitas pengembang terhadap BTN serta membangun permintaan yang lebih besar dari konsumen langsung,” papar Hirwandi.
Naik Tiga Kali Lipat Lewat KPR Di 2025
Meskipun BTN selama ini dikenal sebagai bank utama penyalur KPR subsidi di Indonesia, manajemen menilai bahwa diversifikasi ke segmen KPR non-subsidi merupakan langkah strategis yang penting untuk memperkuat kinerja keuangan perusahaan. “KPR non-subsidi merupakan produk yang sepenuhnya berada di bawah kontrol BTN, sehingga potensi pertumbuhannya sangat besar jika dikelola secara tepat,” tambahnya.
Ia juga menyoroti bahwa meskipun KPR subsidi memberikan volume penyaluran yang tinggi, margin keuntungan yang diperoleh masih berada dalam pengawasan dan pengaturan pemerintah. Oleh karena itu, meningkatkan kontribusi dari KPR non-subsidi dipandang sebagai cara yang efektif untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Sebagai indikator, hingga akhir tahun 2024, BTN mencatat total penyaluran KPR non-subsidi mencapai Rp105,95 triliun. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 10,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi KPR non-subsidi terhadap total portofolio kredit BTN tercatat mendekati angka 30 persen pada Desember 2024. Adapun sisanya berasal dari KPR subsidi, pembiayaan konstruksi, kredit perumahan lainnya, serta kredit di luar sektor perumahan.
Dengan komposisi tersebut, BTN berharap dapat mendorong pertumbuhan yang lebih berimbang antara KPR subsidi dan non-subsidi. Ke depannya, perusahaan berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan produk pembiayaan properti kepada masyarakat luas, sekaligus menjaga kualitas pelayanan dan kemudahan akses pembiayaan hunian.
Sebagai penutup, Hirwandi menegaskan bahwa keberhasilan transformasi tenaga penjual akan menjadi kunci dalam pencapaian target jangka panjang BTN. Oleh karena itu, pelatihan berkelanjutan, penyediaan tools digital, serta evaluasi berkala akan terus dilakukan agar tim penjualan dapat beradaptasi dengan dinamika pasar dan teknologi.
Baca Juga : BEI Hentikan Sementara Perdagangan Seiring IHSG Turun Di 8 %
“Tujuan kami adalah membentuk tim sales yang tidak hanya aktif di lapangan, tetapi juga mampu memahami secara menyeluruh kebutuhan nasabah, berorientasi pada solusi, serta memberikan pengalaman pelanggan yang unggul,” tutupnya.
Dengan langkah transformasi yang masif dan strategis ini, BTN optimistis dapat mengakselerasi pertumbuhan bisnis KPR non-subsidi, memperkuat kontribusinya terhadap perekonomian nasional, serta mendukung penyediaan perumahan yang layak bagi masyarakat Indonesia.