Kinerja Keuangan SSIA 2025 Didorong Sektor Properti Konstruksi
Keuangan Kinerja Keuangan SSIA 2025Kinerja Keuangan SSIA 2025 Didorong Sektor Properti Konstruksi telah merilis laporan kinerja keuangan konsolidasian untuk periode kuartal pertama tahun 2025. Berdasarkan data keuangan yang dipublikasikan perusahaan, SSIA mencatatkan penurunan tipis pada pendapatan konsolidasi sebesar 2,1 persen menjadi Rp1,07 triliun, dibandingkan Rp1,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi kontraksi pada total pendapatan, perusahaan tetap menunjukkan ketangguhan dalam dua sektor utama bisnisnya, yaitu konstruksi dan properti. Kedua lini usaha tersebut menjadi penopang utama kinerja korporasi di tengah tekanan yang dirasakan oleh sektor perhotelan akibat renovasi salah satu aset utama perseroan.
Segmen konstruksi menjadi kontributor terbesar terhadap total pendapatan SSIA pada kuartal ini, dengan lonjakan pendapatan sebesar 24,5 persen menjadi Rp887,6 miliar. Angka ini memperlihatkan perbaikan yang signifikan dibandingkan kinerja pada kuartal pertama tahun 2024, yang tercatat di angka sekitar Rp713 miliar.
Kinerja Keuangan SSIA 2025 Dorong Pertumbuhan
Pertumbuhan ini berasal dari proyek-proyek yang dikelola oleh anak usaha SSIA di sektor konstruksi, yakni PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). NRCA mencatat pendapatan sebesar Rp889,5 miliar, mengalami pertumbuhan 24,4 persen dibandingkan periode sebelumnya. Adapun laba bersih NRCA tercatat Rp42 miliar, meningkat 46,1 persen secara tahunan.
Walaupun nilai kontrak baru mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 49,1 persen, yakni dari Rp1,35 triliun menjadi Rp687,8 miliar, NRCA tetap berhasil mengamankan sejumlah proyek penting. Di antaranya pembangunan pabrik Astra Honda Motor (AHM) di Deltamas, Cikarang, serta pengerjaan infrastruktur Subang Smartpolitan. Perusahaan juga terlibat dalam proyek-proyek komersial dan perhotelan lainnya yang tersebar di beberapa wilayah strategis di Indonesia.
Pada saat yang sama, unit usaha di bidang properti juga mempertahankan performa stabil. Pendapatan dari segmen properti tercatat Rp163,8 miliar, mengalami kenaikan 2,6 persen dibandingkan periode sebelumnya. Kontribusi utama berasal dari PT Suryacipta Swadaya (SCS), anak usaha yang mengelola kawasan industri Suryacipta di Karawang.
SCS membukukan pendapatan Rp162,3 miliar, meningkat 10,5 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh penjualan lahan industri. Dalam tiga bulan pertama tahun 2025, SCS sukses menjual 4 hektare lahan di Kawasan Industri Suryacipta dengan nilai total Rp88 miliar, mengalami peningkatan 31,4 persen dibandingkan volume penjualan pada kuartal yang sama di tahun lalu.
Tak hanya itu, SCS juga memiliki cadangan penjualan (backlog) senilai Rp325,4 miliar, yang berasal dari komitmen pembelian atas 24,2 hektare lahan. Backlog ini diharapkan akan menjadi katalis positif terhadap pendapatan perusahaan pada kuartal-kuartal selanjutnya.
Perhotelan Terkoreksi, Namun Jadi Strategi Investasi Jangka Menengah
Berbeda dengan konstruksi dan properti, segmen perhotelan mencatatkan kinerja negatif dalam tiga bulan pertama 2025. Pendapatan dari lini usaha ini anjlok 57,3 persen menjadi Rp99,6 miliar, turun tajam dari sekitar Rp233,3 miliar yang tercatat pada kuartal pertama tahun 2024.
Penurunan ini dipicu oleh penutupan sementara Hotel Melia Bali yang mulai direnovasi sejak Oktober 2024. Proses renovasi tersebut merupakan bagian dari strategi perseroan dalam melakukan pembaruan fasilitas untuk meningkatkan daya saing aset perhotelan dalam jangka menengah hingga panjang.
Sebagai dampaknya, laba kotor SSIA turun 35 persen menjadi Rp199,5 miliar, sedangkan EBITDA menyusut drastis sebesar 75,3 persen menjadi Rp36,3 miliar. Penurunan EBITDA sebagian besar berasal dari penurunan EBITDA segmen perhotelan yang turun hingga Rp90 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi bottom line, SSIA mencatatkan rugi bersih konsolidasian sebesar Rp21,7 miliar pada kuartal I tahun 2025. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kerugian yang dibukukan pada kuartal I 2024, yaitu sebesar Rp14,9 miliar.
Meski demikian, pihak manajemen menyatakan bahwa keputusan untuk merenovasi Hotel Melia Bali merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan nilai tambah aset dan memperkuat portofolio bisnis perhotelan milik SSIA ke depan. Manajemen tetap optimistis bahwa investasi ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perusahaan dalam jangka menengah.
Proyeksi dan Strategi ke Depan
Meskipun terdapat tantangan di sektor perhotelan, SSIA menyatakan bahwa strategi pertumbuhan perusahaan akan tetap difokuskan pada pengembangan kawasan industri dan ekspansi sektor konstruksi. Dengan didukung oleh keberadaan proyek seperti Subang Smartpolitan yang terus berkembang, serta pipeline proyek konstruksi yang solid, SSIA berharap dapat memperbaiki kinerja keuangan sepanjang tahun 2025.
Manajemen juga tengah menjajaki peluang kemitraan strategis dan penguatan jaringan distribusi lahan untuk mendongkrak volume penjualan serta mempercepat serapan backlog.
Dalam keterangannya, pihak perusahaan menyampaikan bahwa arah kebijakan jangka menengah SSIA akan difokuskan pada integrasi antarsektor bisnis untuk menciptakan sinergi yang saling memperkuat, dengan tetap menjaga efisiensi operasional dan likuiditas perusahaan.
Baca Juga : Indeks Akses Keuangan Daerah & Pacu Inklusi Dukung Asta Cita