Merogoh Stupa Candi Borobudur, Sebabkan Kerusakan
Travel Merogoh Stupa Candi Borobudur, Sebabkan KerusakanMerogoh Stupa Candi Borobudur, Sebabkan Kerusakan
Candi Borobudur, salah satu warisan budaya dunia UNESCO sekaligus ikon kebanggaan Indonesia, kembali menjadi sorotan akibat ulah tidak bertanggung jawab dari pengunjung. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, terlihat seorang wisatawan dengan sengaja merogoh bagian dalam salah satu stupa, yang diketahui menyebabkan kerusakan pada struktur batu kuno tersebut. Tindakan ini langsung memicu gelombang kemarahan dan keprihatinan dari masyarakat, pemerhati budaya, hingga pihak berwenang.
Kerusakan Fisik dan Nilai Historis Tak Tergantikan
Tindakan sembrono seperti merogoh stupa bukan hanya merusak secara fisik, tetapi juga mengganggu nilai historis dan spiritual dari Candi Borobudur. Situs ini dibangun sekitar abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra dan selama berabad-abad menjadi simbol keagamaan dan pengetahuan budaya.
Ahli arkeologi menyatakan bahwa sentuhan langsung, apalagi tindakan mengorek atau memasukkan tangan ke dalam stupa, dapat menyebabkan abrasi, retak halus, hingga runtuhnya struktur batu. Batu-batu yang digunakan untuk membangun candi telah melewati proses pelapukan selama ratusan tahun, sehingga sangat rentan terhadap tekanan maupun gesekan.
Reaksi Balai Konservasi dan Pemerintah Daerah
Menanggapi insiden ini, Balai Konservasi Borobudur (BKB) segera mengeluarkan pernyataan resmi dan melakukan pengecekan langsung ke lokasi kejadian. Pihak BKB menyayangkan kurangnya kesadaran pengunjung dan menyatakan bahwa kerusakan kecil telah teridentifikasi di bagian stupa yang dirusak.
Pemerintah Daerah Magelang dan Dinas Pariwisata juga turut bereaksi dengan memperkuat pengawasan serta merencanakan pemasangan sensor atau kamera tambahan untuk memantau perilaku wisatawan selama kunjungan. Langkah ini diambil untuk mencegah tindakan serupa terulang kembali di masa mendatang.
Upaya Konservasi yang Telah Dijalankan
Candi Borobudur selama ini telah menjadi fokus utama konservasi dan pemeliharaan oleh pemerintah pusat dan UNESCO. Setiap tahun, dilakukan pengecekan menyeluruh terhadap struktur bangunan, pelapisan batu, serta sistem drainase untuk menjaga kestabilan candi.
Namun, insiden seperti ini menunjukkan bahwa pendekatan teknis saja tidak cukup. Diperlukan kesadaran kolektif dari masyarakat untuk menghargai warisan budaya yang tidak ternilai ini. Pendidikan publik dan peningkatan kesadaran wisatawan menjadi aspek penting dalam menjaga keberlangsungan situs-situs bersejarah.
Peran Media Sosial dalam Mengungkap Insiden
Video yang menunjukkan pengunjung merogoh stupa pertama kali diunggah oleh sesama pengunjung yang merasa geram. Dalam hitungan jam, video tersebut menyebar luas dan mendapat ribuan komentar kecaman. Netizen menyoroti lemahnya pengawasan di situs sebesar Borobudur serta kurangnya edukasi bagi para pengunjung.
Namun di sisi lain, media sosial juga menjadi alat penting dalam mempercepat respons publik dan otoritas terhadap pelanggaran. Kejadian ini sekaligus menjadi pelajaran bahwa pengawasan dan pelaporan oleh masyarakat bisa menjadi bagian dari upaya perlindungan warisan budaya.
Perlunya Edukasi dan Regulasi yang Lebih Ketat
Insiden ini memperkuat argumen perlunya regulasi ketat terhadap aktivitas wisatawan di situs warisan budaya. Pemberian sanksi tegas terhadap pelanggar aturan menjadi langkah penting agar kejadian serupa tidak terulang. Beberapa kalangan bahkan mendorong penerapan sistem denda administratif atau pelarangan masuk bagi pengunjung yang terbukti merusak struktur candi.
Selain itu, edukasi sejak dini mengenai pentingnya melestarikan situs budaya perlu diperkuat melalui kurikulum sekolah, promosi pariwisata yang beretika, serta panduan visual di lokasi-lokasi wisata budaya.
Penegakan Hukum dan Tanggung Jawab Pengunjung
Pihak pengelola dan aparat setempat menyatakan akan melakukan penyelidikan lanjutan terhadap pelaku yang terekam dalam video. Meski belum ada laporan pidana resmi, namun langkah hukum tetap terbuka jika kerusakan yang ditimbulkan tergolong berat.
Tanggung jawab menjaga kelestarian Candi Borobudur tidak hanya berada di tangan pemerintah atau pengelola situs, melainkan juga di tangan setiap pengunjung yang datang. Mematuhi aturan, menjaga sikap, dan tidak menyentuh elemen candi secara sembarangan merupakan bentuk hormat terhadap sejarah bangsa.
Kesimpulan: Warisan Budaya Harus Dijaga Bersama
Insiden merogoh stupa Candi Borobudur adalah pengingat keras bahwa kesadaran budaya dan tanggung jawab sosial masih menjadi pekerjaan rumah besar di sektor pariwisata Indonesia. Perlu sinergi antara edukasi, pengawasan, penegakan hukum, dan partisipasi publik untuk memastikan bahwa peninggalan seperti Borobudur tetap lestari bagi generasi mendatang.
Borobudur bukan hanya tumpukan batu, tetapi pusaka dunia yang hidup dan harus dihormati sebagai bagian dari jati diri bangsa.
Baca juga:Anaknya Tewas Ditabrak BMW Ibunda Argo Harap Kebenaran Diungkap secara Objektif Publik mendesak agar kasus…