Pendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka, Warganet Brasil Protes
Travel Pendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka, Warganet Brasil ProtesPendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka, Warganet Brasil Protes
Gunung Rinjani, salah satu ikon wisata alam Indonesia yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
resmi kembali dibuka untuk aktivitas pendakian mulai pertengahan tahun 2025. Kebijakan ini disambut antusias oleh pecinta alam dan pelaku wisata lokal.
Namun di luar dugaan, pembukaan pendakian Rinjani justru memicu protes dari sejumlah warganet Brasil, yang menilai
keputusan tersebut berpotensi membahayakan kelestarian ekosistem gunung yang masuk kawasan taman nasional.
Pendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka, Warganet Brasil Protes
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mengumumkan bahwa jalur pendakian dari Sembalun, Senaru, dan Aik Berik
resmi dibuka kembali setelah sebelumnya sempat ditutup karena aktivitas vulkanik dan perbaikan infrastruktur pendakian.
Langkah ini dilakukan setelah evaluasi menyeluruh terhadap keamanan, kesiapan jalur, dan pengelolaan kawasan konservasi.
Banyak pendaki dari dalam dan luar negeri menyambut gembira pembukaan ini.
Gunung Rinjani selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi favorit karena pemandangannya yang menakjubkan
seperti danau Segara Anak dan puncak gunung setinggi 3.726 mdpl Pembukaan kembali jalur ini dinilai penting untuk mendukung kebangkitan pariwisata lokal pasca pandemi.
Protes Warganet Brasil: Khawatir Dampak Lingkungan
Meskipun respons positif datang dari berbagai kalangan, tagar #SaveRinjani justru mulai viral di media sosial, khususnya di Brasil.
Sejumlah aktivis lingkungan digital dan warganet Brasil menyoroti kebijakan pembukaan Rinjani sebagai bentuk komersialisasi berlebihan terhadap alam.
Menurut mereka, pembukaan pendakian tanpa kontrol ketat akan memicu penumpukan sampah, erosi jalur, dan potensi kerusakan flora dan fauna endemik.
Protes ini mencuat di platform seperti X (Twitter) dan Instagram, dengan beberapa pengguna bahkan membandingkan Rinjani dengan kasus-kasus kerusakan lingkungan di hutan Amazon.
“Jangan ulangi kesalahan yang terjadi di Amerika Selatan. Gunung adalah tempat suci bagi alam, bukan obyek wisata massal,” tulis salah satu pengguna asal São Paulo.
Penjelasan Pihak Otoritas Indonesia
Menanggapi protes tersebut, pihak BTNGR menegaskan bahwa pembukaan pendakian dilakukan dengan memperhatikan prinsip konservasi dan keberlanjutan.
Setiap pendaki diwajibkan untuk mendaftar secara daring, mengikuti kuota harian yang ditentukan, dan membawa turun kembali sampah pribadi.
Selain itu, BTNGR bekerja sama dengan pemandu lokal, komunitas porter, dan relawan konservasi untuk menjaga kelestarian jalur pendakian.
Mereka juga secara rutin melakukan patroli kebersihan dan edukasi terhadap pendaki mengenai pentingnya menjaga ekosistem gunung.
“Kami tidak membuka jalur secara sembarangan. Ini adalah bagian dari ekowisata yang justru memberdayakan masyarakat sekitar dan menjaga alam,” ujar Kepala BTNGR dalam konferensi pers.
Reaksi Warganet Indonesia dan Pemerhati Lingkungan
Di Indonesia, reaksi terhadap protes dari warganet Brasil cukup beragam. Sebagian masyarakat menilai bahwa
perhatian dari luar negeri menunjukkan pentingnya menjaga Rinjani sebagai warisan alam dunia.
Namun sebagian lainnya merasa bahwa protes tersebut cenderung tidak memahami konteks lokal.
Beberapa komunitas pecinta alam Indonesia menegaskan bahwa mereka selama ini aktif dalam kegiatan clean up gunung
reboisasi, dan pelatihan etika mendaki bagi pemula. Mereka menganggap bahwa solusi terbaik adalah pengelolaan berbasis komunitas, bukan larangan total terhadap pendakian.
Menjaga Keseimbangan antara Wisata dan Konservasi
Kasus ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan destinasi wisata alam, khususnya gunung, harus dilakukan dengan keseimbangan
antara pelestarian dan pemanfaatan. Rinjani bukan hanya objek wisata, melainkan juga rumah bagi keanekaragaman hayati dan sumber penghidupan masyarakat sekitar.
Pemerintah dan pengelola kawasan dituntut untuk terus meningkatkan regulasi, pengawasan, dan edukasi agar pendakian tetap berkelanjutan.
Pendaki pun memiliki tanggung jawab untuk bersikap bijak dan tidak meninggalkan jejak yang merusak alam.
Baca juga:Gandeng BNI Pameran Mommy N Me Kembali Digelar di JICC, Targetkan Transaksi Besar