Perkembangan Bagi Potensi Mahasiswa Wamen Fauzan Dukung
Pengembangan Diri Perkembangan Bagi, Potensi MahasiswaPerkembangan Bagi Potensi Mahasiswa Wamen Fauzan Dukung menekankan pentingnya cara pandang yang inklusif dalam mengembangkan potensi mahasiswa. Menurutnya, pendekatan ini akan mencegah mahasiswa terjebak dalam rutinitas akademik yang kaku dan membuat mereka terasing dari realitas kehidupan di luar kampus.
“Pendidikan tinggi tidak hanya bertujuan untuk memperoleh ijazah, tetapi juga sebagai upaya merawat dan mengembangkan kehidupan. Mahasiswa yang memiliki pengalaman berharga dari kegiatan nonakademik harus mendapat kesempatan untuk mengonversinya ke dalam dunia akademik, begitu pula sebaliknya,” ujar Wamen Fauzan dalam pertemuannya dengan pimpinan Institut Nalanda pada 7 Maret 2025.
Lebih lanjut, Fauzan menyampaikan bahwa salah satu langkah strategis dalam membangun sistem pendidikan tinggi yang inklusif adalah melalui diferensiasi dan spesifikasi kelas unggulan dalam setiap program studi. Dengan pendekatan ini, perguruan tinggi dapat semakin mendalami bidang keilmuannya, sehingga inklusivitas kampus meningkat dan potensi mahasiswa dapat tergali secara optimal.
Perkembangan Bagi Potensi Mahasiswa
Menurutnya, kejelasan arah pengembangan program studi juga akan mempermudah lulusan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar kerja dan industri. “Program studi yang bersifat umum harus dikonsentrasikan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Jika perguruan tinggi hanya mengembangkan program studinya tanpa mempertimbangkan relevansi dengan industri, maka kampus tersebut akan sulit berkembang,” tegas Fauzan.
Dalam era yang semakin kompetitif, Fauzan menegaskan bahwa hubungan erat antara dunia akademik dan pasar kerja tidak bisa lagi dipisahkan. Dunia akademik membutuhkan pasar sebagai lahan implementasi ilmu, sementara dunia usaha dan industri membutuhkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pengakuan Akademik terhadap Aktivitas Nonakademik
Sebagai bentuk apresiasi terhadap capaian mahasiswa di luar akademik, Fauzan menekankan pentingnya mekanisme konversi Satuan Kredit Semester (SKS) bagi kegiatan nonakademik. Hal ini bertujuan untuk
mengakomodasi potensi mahasiswa dan mendorong mereka agar lebih aktif di berbagai bidang tanpa merasa terbebani oleh tuntutan akademik yang konvensional.
“Perguruan tinggi dapat memberikan pengakuan akademik melalui konversi SKS, sehingga mahasiswa yang telah mengembangkan kompetensi di luar kelas tetap mendapatkan manfaat akademis. Dengan cara ini, potensi yang mereka miliki akan semakin berkembang,” jelasnya.
Rektor Institut Nalanda, Sutrisno, dalam kesempatan yang sama turut menjelaskan visi institusinya dalam menjembatani alumni dengan industri. Salah satu fokus utama mereka adalah mengembangkan program studi Dharma Usada yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keahlian yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Kurikulum Kontekstual untuk Meningkatkan Daya Saing Mahasiswa
Fauzan juga menekankan pentingnya pendekatan kontekstual dalam menyusun kurikulum. Menurutnya, kampus harus mampu melihat kurikulum sebagai sesuatu yang dinamis, bukan sekadar teks yang statis. Inovasi dalam kurikulum dapat menjadi faktor kunci dalam meningkatkan daya saing mahasiswa, baik di tingkat nasional maupun global.
Salah satu contoh inovasi yang diusulkan adalah memperluas kemungkinan konversi SKS untuk kegiatan nonakademik. Dengan demikian, mahasiswa yang terlibat dalam proyek sosial, wirausaha, penelitian independen, atau kegiatan lain yang bermanfaat bagi pengembangan diri mereka tetap memperoleh pengakuan akademik yang setara dengan mata kuliah reguler.
Kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan Industri
Untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerja, Fauzan mendorong kampus untuk memperkuat kolaborasi dengan sektor industri. Ia menekankan pentingnya penjaringan perusahaan yang memiliki nilai dan kebutuhan yang sejalan dengan visi perguruan tinggi. Dengan demikian, sinergi antara dunia akademik dan industri dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan.
“Perguruan tinggi harus membangun kepercayaan dengan dunia industri. Jika kepercayaan ini terbentuk, maka masyarakat juga akan lebih percaya terhadap institusi pendidikan tinggi. Begitu lingkaran ini tercipta, maka kita bisa memastikan bahwa satu tiket menuju masa depan cerah sudah ada di tangan kita,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif, inovatif, dan kolaboratif, Wamen Fauzan optimistis bahwa sistem pendidikan tinggi di Indonesia dapat terus berkembang dan menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia nyata.