Diterpa Gagal Bayar Akseleran Hentikan Pendanaan Sejak Pertengahan Februari 2025
Keuangan Diterpa Gagal Bayar Akseleran Hentikan Pendanaan Sejak Pertengahan Februari 2025Diterpa Gagal Bayar Akseleran Hentikan Pendanaan Sejak Pertengahan Februari 2025
Platform teknologi finansial peer-to-peer lending, Akseleran, resmi menghentikan layanan pendanaan baru sejak pertengahan Februari 2025.
Keputusan ini diambil menyusul meningkatnya angka kredit macet (non-performing loan/NPL) dan gagal bayar dari sejumlah peminjam yang sebelumnya menerima dana dari para lender di platform tersebut.
Langkah drastis ini dilakukan oleh manajemen Akseleran sebagai bagian dari upaya penyehatan internal serta mitigasi risiko terhadap investor.
Meskipun tidak sepenuhnya menutup operasional, Akseleran menyatakan bahwa proses penyaluran pendanaan baru dihentikan sementara waktu hingga situasi dianggap stabil kembali.

Latar Belakang Keputusan Penghentian
Dalam pernyataan resminya, pihak Akseleran menjelaskan bahwa peningkatan rasio gagal bayar selama kuartal keempat 2024 hingga awal 2025
membuat sistem manajemen risiko perusahaan perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Beberapa sektor usaha yang menjadi peminjam di platform menunjukkan penurunan performa pembayaran
sehingga berdampak langsung terhadap tingkat pengembalian yang diterima oleh investor individu maupun institusi.
Manajemen juga menegaskan bahwa penghentian pendanaan baru ini bersifat sementara dan bertujuan untuk melindungi kepentingan lender.
Pihak Akseleran menyebut bahwa evaluasi total terhadap proses seleksi peminjam, skoring kredit, dan sistem kolektibilitas
saat ini tengah dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Dampak terhadap Investor dan Peminjam
Bagi para investor yang telah menyalurkan dana sebelum Februari 2025, Akseleran menjamin bahwa proses penagihan dan penyelesaian tetap berjalan.
Namun demikian, adanya penundaan pembayaran dari pihak peminjam menyebabkan arus kas investor menjadi terganggu.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan lender, terutama investor ritel yang sangat mengandalkan pendapatan pasif dari bunga cicilan.
Sementara itu, peminjam yang telah memperoleh dana sebelum kebijakan penghentian juga diwajibkan untuk tetap memenuhi kewajiban cicilan sesuai kesepakatan awal.
Akseleran juga menyebut telah mengaktifkan tim penagihan dan negosiasi restrukturisasi untuk beberapa debitur bermasalah.
Respons Otoritas dan Pengamat Fintech
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator fintech lending di Indonesia turut memantau perkembangan kasus ini. Juru bicara OJK
menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari Akseleran dan tengah melakukan
koordinasi untuk memastikan bahwa hak-hak konsumen, terutama investor, tetap terlindungi sesuai ketentuan.
Para pengamat industri fintech menilai bahwa kasus Akseleran menjadi pelajaran penting bagi seluruh pemain di sektor pembiayaan digital.
Tingginya tingkat gagal bayar dapat terjadi apabila sistem analisa kredit tidak cukup kuat atau ketika ada tekanan
ekonomi makro yang menyebabkan pelambatan pembayaran dari sektor UMKM.
Komitmen Akseleran untuk Perbaikan
Di tengah sorotan publik, Akseleran tetap berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan baik.
Perusahaan menyebut bahwa mereka tengah memperkuat sistem manajemen risiko, termasuk memperbarui algoritma penilaian kelayakan
pinjaman dan mengembangkan sistem deteksi dini atas potensi gagal bayar.
Manajemen juga sedang menjajaki kerja sama dengan lembaga penagihan profesional untuk mempercepat proses penyelesaian utang bermasalah.
Tidak hanya itu, perusahaan berjanji akan memberikan laporan rutin dan transparan kepada para investor mengenai
status dana mereka serta langkah-langkah yang sedang dijalankan.
Penutup: Ujian Kepercayaan bagi Fintech Lending
Kasus gagal bayar yang menimpa Akseleran menjadi ujian serius terhadap kepercayaan masyarakat terhadap industri
fintech lending di Indonesia. Di satu sisi, platform seperti Akseleran telah membantu ribuan pelaku usaha dalam mendapatkan
pembiayaan yang mudah dan cepat. Namun di sisi lain, risiko gagal bayar tetap menjadi ancaman nyata yang perlu ditanggapi
dengan sistem mitigasi yang solid dan perlindungan konsumen yang kuat.
Ke depan, sektor ini diharapkan semakin matang dan transparan dalam tata kelolanya, sehingga kepercayaan
publik terhadap pembiayaan digital dapat kembali tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan
Baca juga:Nama Bank Jakarta Merek Dagang Baru Bank DKI, Berikut Filosofinya